STUDI KOMPARASI SEKOLAH MULTIKURIKULUM STUDI LAB KELAS A PRODI PENDIDIKAN DASAR ANGKATAN 2015

Dalam rangka pengembangan kompetensi yang didukung oleh Pasca Sarjana, dua puluh empat mahasiswa Kelas A Prodi Pendidikan Dasar melakukan studi lab ke sekolah yang menerapkan kurikulum gabungan di Pulau Dewata, Bali pada Selasa dan Rabu, 19 dan 20 April 2016. Rombongan yang dibimbing oleh Prof. Dr. Suhardi, dosen Bahasa Indonesia di UNY ini melakukan kunjungan ke Pelangi School dan Dyatmika School yang memiliki beberapa kesamaan sejarah, program, desain sekolah, dan pengembangan kurikulum. Sejarah pendirian kedua sekolah ini berawal dari keinginan warga asing yang menetap dan menikah dengan warga asli Bali maupun keluarga asing yang menetap di Bali menginginkan pendidikan yang menyeimbangkan kualitas antara negara asal mereka dengan pendidikan yang berlaku di Indonesia. Perkumpulan para orang tua percampuran warga negara ini kemudian mendirikan sekolah dengan swadana. Kedua sekolah yang berbasis nir-laba atau swadana dan swadaya murni tanpa subsidi pemerintah Indonesia ini memfasilitasi kelas dari tingkat Anak Usia Dini. Sekolah di desain dengan ruang bermain dan ruang hijau lebih luas dibandingkan ruang kelas. Program sejenis PTFA (Parents, Teacher and Friends Association) juga sanga diberdayakan dan berjalan baik di kedua sekolah ini. Selain itu, kedua sekolah menerapkan kurikulum gabungan yaitu kurikulum nasional dan asing dengan sistem team-teaching, sehingga terdapat minimal dua orang guru dalam satu kelas yaitu guru yang berasal dari Indonesia (Bali) dan guru asing.

Mrs. Mellanie selaku Kepala Pelangi School dengan sambutan yang hangat dan bersahabat memaparkan landasan Pendidikan Holistik yang diterapkan di sekolah sejak awal berdirinya. Oleh karena itu, sekolah berupaya memperkaya dan menyempurnakan dasar kurikulum nasional (KTSP) dengan menerapkan Kurikulum IPC (International Primary Curriculum) sebagai kurikulum tambahan serta menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar pembelajaran. Langkah pembelajaran berdasarkan IPC terdiri atas (1) entry point, (2) Challenge, (3) learning experience, dan (4) exit point, sedangkan skala penilaian ditekankan pada non tes yang mencakup tingkat beginning, developing, dan mastering. Pelangi School yang didirikan pada tahun 2006 baru memiliki kelas PAUD hingga SD dengan prosentase siswa yaitu sekitar 60% siswa asing atau campuran dan 40% siswa asli Bali. Siswa asing di sini tercatat berasal dari 42 negara. Kesan Bu Ayu mengenai siswa Indonesia adalah bahwa dilihat dari kemampuan intelektual, siswa Indonesia tidak kalah dengan siswa asing, namun dari segi keberanian menyampaikan pendapat dan rasa keingintahuan mereka masih harus dipacu lebih keras.

Di hari kedua kunjungan yaitu Rabu, 20 April 2016, rombongan disambut dengan kehadiran beberapa elemen sekolah yaitu Mrs. Catty selaku Direktur, Bapak Made Suparma selaku tim pengembangan kurikulum, Bu Ayu selaku Kepala Sekolah PAUD hingga SD dan beberapa orang guru. Selain mempresentasikan visi dan misi sekolah yang memiliki motto “Education for Better World” ini juga memberikan demonstrasi pembelajaran yang mereka lakukan seperti program manajemen kelas, program Community Service, dan secara langsung melakukan pembelajaran pengenalan literasi dua bahasa dengan mengajak siswa TK A di GOR sekolah. Sekolah telah dirintis sejak tahun 1995 telah memiliki manajemen yang sangat rapi mulai dari struktur sekolah, sistem satu atap mulai PAUD hingga SMA, pembagian pembelajaran blok bahasa Indonesia dan blok Bahasa Inggris, variasi program siswa (BIPA, Buddies, Fieldtrip, Parent-Teacher Conference, Student Work-Share, dan juga Professional Development), dan inovasi metode pembelajaran oleh guru berdasarkan kerja tim. Dyatmika School yang 75% siswa merupakan warga negara Indonesia tidak mengklaim sebagai International School, melainkan merupakan sekolah dwi bahasa yang mengadopsi kurikulum asing (British) dan nasional (KTSP). Selain itu, sekolah telah menentukan kuota di masing-masing jenjang dan bahkan telah memiliki daftar tunggu siswa untuk beberapa tahun ke depan.

Berdasarkan informasi dari kedua sekolah tersebut, beberapa hal yang memberikan dukungan dalam pengembangan pendidikan adalah dari segi finansial, dukungan orang tua-guru-masyarakat, pembelajaran berbasis proses, inovasi guru, pengembangan kompetensi guru, atmosfer belajar yang kondusif bagi siswa, budaya literasi, dan humanisasi (karakter). Di samping itu, Prof. Dr. Suhardi mengaris bawahi beberapa hal untuk para calon pendidik yang terangkum dalam dua poin yaitu (1) kedua sekolah merupakan contoh yang baik dalam inovasi pendidikannya, namun untuk mengadopsi hal-hal tersebut perlu disesuaikan lagi dengan konteks sekolah yang ingin dikembangkan dan (2) nilai karakter yang diterapkan untuk siswa merupakan cerminan nilai religius akan tetapi tidak semua religiusitas tercakup dalam nilai-nilai karakter, sehingga pendidikan agama sebagai pondasi bagaimanapun penting untuk diperhatikan dan poin inilah yang menjadi visi UNY yaitu bertaqwa, mandiri, dan cendekia.