Belajar Dari Dua Sekolah

Kegiatan Studi Laboratorium mahasiswa Pascasarjana jurusan Pendidikan Dasar kelas A dilakukan pada tanggal 23- 25 Februari 2015 dan yang menjadi dosen pendamping adalah Prof. Suhardi. Kegiatan tersebut diikuti oleh 25 mahasiswa dan sekolah yang dikunjungi adalah SD Green School yang terletak di Yogyakarta dan SD Islam Bani Hasyim yang terletak di Malang, Jawa Timur.  Green School adalah sebuah yayasan yang pada awal berdirinya hanya terdiri dari kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Namun, beberapa tahun kemudian berdirilah sekolah dasarnya. Meski baru terdiri dari tiga level (kelas), ada banyak hal yang bisa dipelajari sekolah ini. Menurut kepala sekolah SD Green School, nama Green School bukan semata-mata sekolahnya dibawah pohon rindang. Istilah Green School lebih menitikkan pada pembentukan karakter ramah lingkungan pada siswa. Misalnya dengan meminimalisir penggunaan plastik, memanfaatkan plastik bekas, dan sebagainya.

Keistimewaan sekolah ini terletak pada pola pembelajarannya dan pembentukan karakter siswa. Pola pembelajarannya tidak seperti sekolah-sekolah formal pada umumnya, ruang tembok, kursi yang menghadap papan tulis, papan tulis besar, dan sebagainya. Kelas-kelas di sekolah ini dibuat dengan menggunakan bambu di atas kolam ikan seperti rumah panggung. Setiap guru menangani tidak lebih dari 16 siswa sehingga bisa memahami betul watak dan karakter siswa. Tidak hanya itu, saat melihat isi ruang kelasnya banyak kertas-kertas bergelantungan, tempat duduk yang dibuat berkelompok, papan tulis kecil yang dibuat agar siswa merasa senang dalam belajar.

Berdasarkan pemaparan kepala sekolah yang merupakan lulusan Universitas Gajah Mada jurusan Sastra Inggris, sekolah Green School dalam mengajak siswa belajar dengan tidak menekannya. Misalkan pada saat ulangan harian, ulangan semesteran, ulangan kenaikan kelas, semua lembar soal itu tidak mencantumkan kata ulangan sama sekali. Ulangan dikemas begitu menarik dengan menyisipkan banyak gambar didalamnya. Menurut penuturan beliau, saat-saat guru membagikan kertas inilah saat yang ditunggu-tunggu siswa.

Menariknya, pada saat beberapa orang mahasiswa sedang melihat ruang kelas dan meletakkan sepatu seenaknya, tiba-tiba anak-anak berteriak, ‘ayoo buang... ayoo buang...!’. Rupanya, aturan di sekolah ini tidak hanya berlaku untuk siswa, tetapi semua warga sekolah, termasuk guru, kepala sekolah, bahkan tamu sekalipun mendapat perlakuan yang sama. Anak-anak di sekolah ini sudah dilatih meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, bagi yang melanggar maka akan mendapatkan konsekwensi seperti sepatunya dibuang jika tidak meletakkannya di rak sepatu.

Berbeda dengan SD Green School, sekolah kedua yang dikunjungi adalah SD Islam Bani Hasyim. SD tersebut merupakan sekolah dibawah yayasan Bani Hasyim. Kunjungan ini sebenarnya bukan pertama kalinya. Angkatan sebelumnya juga pernah melakukan studi laboratorium di sekolah ini. Sekolah swasta berbasis Islam ini terletak di Malang, Jawa Timur.

Mahasiswa pascasarjana yang mengunjungi sekolah ini disambut dengan bangunan tembok yang megah. Tidak cukup sampai disitu, saat memasuki ruang tata usaha, mahasiswa juga disambut dengan berbagai tulisan di tembok (word walls). Titik keistimewaan sekolah ini selain bangunan yang megah terletak pada kurikulum dan buku-buku yang digunakan. SD Bani Hasyim memiliki kurikulum sendiri yang disebut Ilm Bani Hasyim. Kurikulum terebut merupakan perpaduan antara kurikulum yang dicanangkan pemerintah dan lembaga. Kurikulum yang digunakan terus dilakukan pembaharuan setiap tahun.

Menariknya, buku-buku di SD Bani Hasyim disusun sendiri oleh gurunya. Jadi, guru di sekolah tersebut telah dibekali dengan kemampuan menulis yang baik. Keistimewaa buku yang dibuat ini mengintegrasikan muatan agama di dalamnya. Dengan kata lain pelajaran agama tersisip diantara pelajaran umum, tidak berdiri sendiri. Hal ini tentu lebih mengkonkretkan pelajaran agama sehingga siswa lebih mudah untuk memahaminya. (Atikah-Dian)