Sejajarkan Kepala, Senyum, dan Ajaklah Bicara

Praktik pembelajaran SD merupakan salah satu mata kuliah yang ditempuh mahasiswa praktisi Program Magister Pendidikan Dasar UNY di semester genap 2017. Berbeda dengan mata kuliah riset dan praktik pembelajaran PGSD, mata kuliah praktik pembelajaran SD mengharuskan mahasiswa praktisi untuk terjun langsung menjadi guru sekolah dasar. Dengan mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat secara langsung mengaplikasikan apa yang sudah di pelajari di kampus dan memberikan inovasi terhadap dunia pendidikan dasar.

Mahasiswa praktisi berkesempatan untuk melaksanakan praktik pembelajaran SD di SDN Lempuyangwangi, salah satu sekolah dasar unggulan di Kota Jogja. Mahasiswa bersama guru saling memberi masukan bagaimana membelajarkan kurikulum 2013. Analogi membelajarkan kurikulum 2013 bukan seperti lutis maupun rujak dimana setiap buahnya masih terasa dengan rasanya masing-masing tetapi ibarat campuran buah yang dijus, rasanya menyatu menjadi satu rasa sehingga sulit memisah rasa setiap buahnya. Agar kegiatan pembelajaran optimal, guru harus mengetahui diversity setiap siswa. Diversity yang dimaksud dapat berupa kelebihan maupun kelemahan setiap siswa, gaya belajar siswa, potensi, bahkan latar belakang setiap siswa. Melalui pemahaman guru mengenai diversity setiap siswa di kelas inilah guru dapat menentukan model pembelajaran mana yang tepat.

Mahasiswa yang akan melaksanakan praktik pembelajaran SD, sebelumnya melakukan observasi dan meminta masukan kepada guru kelas agar mendapatkan informasi mengenai diversity setiap siswa di kelas. Model pembelajaran yang dipilih yaitu kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Pembentukan kelompok dilakukan oleh guru secara heterogen berdasarkan diversity. Model kooperatif membantu siswa untuk saling berinteraksi dan saling membantu dalam kelompoknya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai bersama. Setiap anggota kelompok terlihat antusias dan saling membantu, siswa yang tadinya di cap ramai oleh guru ternyata sangat menikmati kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa tersebut mendapatkan ruang dan fasilitas untuk mengaktualisasikan dirinya.

Kegiatan pembelajaran akan optimal apabila materi yang dibelajarkan tersampaikan dan dapat diterima oleh seluruh siswa. Ketika kegiatan diskusi berlangsung, seringkali guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang mereka anggap sulit. Namun, pada umumnya sebagian siswa dalam kelompok lebih memilih diam dan tidak mau bertanya. Dengan demikian, guru beranggapan bahwa seluruh siswa sudah memahami akan materi yang dibelajarkan. Dari kondisi inilah, mahasiswa mempunyai inovasi jika siswa dapat terbuka dan menanyakan hal-hal yang sulit dipahami ketika siswa menganggap gurunya sebagai teman mereka sendiri. Pada awalnya, mahasiswa memposisikan diri sejajar dengan siswa yaitu dengan cara menyejajarkan kepala dengan kepala siswa. Secara sederhana, siswa lebih mudah dalam berinteraksi karena posisi mahasiswa dengan siswa sejajar. Ketika hal ini dilakukan, siswa merasa nyaman, merasa lebih diperhatikan, dan menganggap mahasiswa sebagai teman mereka sendiri.

Setiap siswa itu unik, mereka mempunyai bakat dan potensinya masing-masing. Kita sebagai calon guru hendaknya mampu membimbing, memfasilitasi dan mengembangkan setiap bakat dan potensinya. “The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.” William Arthur Ward

 

Hendita Rifki Alfiansyah

Mahasiswa praktisi 2016