PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA KULIAH MATEMATIKA SD KELAS TINGGIDENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MAHASISWA SEMESTER 3 KELAS B PGSD UST

          Pada semester III ini, mata kuliah Riset dan Praktik Pembelajaran PGSD yang diampu oleh Dr. Haryanto mewajibkan setiap mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2014 konsentrasi akademisi untuk melakukan riset dan praktik pembelajaran di perguruan tinggi yang memiliki prodi PGSD. Kegiatan Riset dan Praktik Pembelajaran PGSD ini dilakukan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) bulan November 2015 sampai dengan bulan Desember 2015. Mata kuliah yang diampu adalah Matematika SD kelas tinggi untuk mahasiswa semester III kelas B.

         Manfaat kegiatan riset dan praktik pembelajaran ini bagi calon dosen adalah sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam mengajar, sehingga mereka siap dari segi fisik dan mental menghadapi permasalahan yang muncul di lapangan serta bermanfaat untuk melatih pembiasaan calon dosen merealisasikan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan. Dengan langsung terjun ke perguruan tinggi, mahasiswa akan lebih mengetahui permasalahan real yang dihadapi oleh dosen di lapangan. Riset dan praktik di perguruan tinggi juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa praktikan untuk mengenal lebih jauh tata kelola perguruan tinggi.

          Pada saat observasi dan juga wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah Matematika SD Kelas Tinggi semester III di kelas B didapat bahwa minat belajar pada saat mengikuti perkuliahan di kelas B masih kurang. Masalah yang sangat crusial adalah kebanyakan mahasiswa yang sering berbicara sendiri dalam proses belajar mengajar yang sangat mengganggu keberlangsungan proses belajar mengajar, karena dapat mengganggu mahasiswa yang lain yang ingin memperhatikan serta bagi mahasiswa yang berbicara sendiri akan tidak dapat menyerap materi lebih baik. Minat belajar mengikuti pembelajaran yang kurang disebabkan mahasiswa bosan dengan keadaan KBM serta kurang adanya aturan yang tegas dalam mengatur aktivitas mahasiswa. Cara mengajar dosen sudah baik namun tidak dapat memfasilitasi kelas yang begitu besar. Untuk itu diperlukan adanya strategi pembelajaran baru guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

        Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,  tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

          Adapun hasil riset Pada siklus I diperoleh hasil 15 (31,25%) mahasiswa berada pada kategori sangat baik, 32 (66,77) mahasiswa berada pada kategori baik dan sisanya berada pada kategori cukup. Data tersebut belum mencapai indikator keberhasilan sehingga ditingkatkan pada siklus II. Selanjutnya, pada siklus II terjadi perubahan yaitu: 25 (52,08%) mahasiswa berada pada kategori sangat baik, 22 (45,83%) mahasiswa berada pada kategori baik dan sisanya berada pada kategori cukup. Pada siklus II, sudah mencapai indicator keberhasilan sehingga pembelajaran dihentikan. Pembelajaran kooperatif terbukti dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam belajar. Aktifitas seperti diskusi kelompok, presentasi, dan Tanya jawab dalam p[embelajaran dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran. (Agus Setiawan, Mahasiswa Prodi Pendidikan Dasar Kelas C PPs UNY angkatan 2014)