Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Bagi Mahasiswa Prodi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta

Pendidikan kini menjadi semakin penting. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya bahkan hampir seluruh lowongan kerja menyaratkan tingkat pendidikan tertentu untuk dapat melamar pekerjaan di sana. Pentingnya pendidikan juga dikuatkan dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan yang didirikan dengan berbagai keunggulan untuk dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja dan membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan.

Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia tentu tidak hanya berdasar pada kuantitas saja namun juga harus berkualitas di berbagai tingkat termasuk tingkat perguruan tinggi.

Perguruan tinggi khususnya perguruan tinggi yang memiliki prodi pendidikan bertanggung jawab untuk dapat mencetak tenaga pendidikan yang berkualitas, tidak hanya memiliki nilai yang baik namun harus mampu mengajar dengan baik. Berdasarkan hal ini, Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjana Univesitas Negeri Yogyakarta pada semester III tahun ajaran 2015/ 2016 menyelenggarakan mata kuliah Riset dan Praktek Pembelajaran PGSD bagi mahasiswa dikdas yang mengambil kelas akademisi. Dalam penyelenggaraannya, mahasiswa diberi wewenang untuk memilih universitas yang akan digunakan untuk melaksanakan praktek sekaligus riset. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam mengajar calon-calon guru PGSD.

Dalam penyelenggaraan mata kuliah riset dan praktek pembelajaran PGSD, salah satu riset yang dilakukan adalah penerapan model cooperative learning tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa yang dilakukan di Universitas PGRI Yogyakarta di kelas A2-15 Prodi PGSD semester 1. Praktek perkuliahan dilakukan sebanyak 6 kali mulai bulan Oktober hingga bulan Desember.

Sebelum melaksanakan praktek pembelajaran, praktikan melakukan diskusi dengan dosen pembimbing lapangan (Budiharti, M.Pd.) dan juga dosen mata kuliah (Dr. Haryanto) agar praktek perkuliahan yang dilakukan tidak melenceng dari ketentuan dan materi. Setelah melakukan observasi dan diskusi dipilihlah cooperative learning  tipe jigsaw. Jigsaw merupakan model pembelajaran yang menekankan kerjasama dalam  pembelajaran. Dalam model jigsaw, seseorang akan berkumpul menjadi tim ahli. Jika model ini diterapkan secara berkala, maka akan dapat merangsang kemampuan berpikir kreatif anak. Untuk mendapatkan hasil dari penerapan tipe Jigsaw tersebut, dilakukan dua kali siklus dengan siklus I sebanyak 2x pertemuan dan Siklus II sebanyak 4x pertemuan.

Dari hasil riset yang dilakukan didapati bahwa model pembelajaran kooperatif learning merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang kemampuang berpikir kreatif mahasiswa. Permasalahan yang ada di dalam kelas dapat diselesaikan dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw yang merupakan salah satu tipe dar model pembelajaran kooperatif. Selain itu, penggunaan media dalam pembelajaran berkelompok seperti Jigsaw mampu mengoptimalkan pembelajaran menjadi lebih aktif dan merangsang kemampuan mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model jigsaw telah mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa A2-15 PGSD UPY meskipun ada mahasiswa yang masih belum mengalami peningkatan secara signifikan. Mahasiswa yang belum mengalami peningkatan dikarenakan intensites mahasiswa ini dalam mengikuti kuliah termasuk dalam rendah sehingga ia tidak mendapat perlakuan yang sama banyaknya dengan teman yang lain. Namun secara keseluruhan penggunaan berbagai macam model pembelajaran yang sesuai dengan materi akan memberikan pemahaman yang lebih bagi peserta didik.

Meskipun baru tahun ini dilakukan, dan masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan praktek dari mata kuliah riset dan praktek pembelajaran PGSD namun mata kuliah ini sangat bermaanfaat bagi para calon dosen untuk dapat mengetahui keadaan mahasiswa yang sesungguhnya dan bagaimana cara menyampaikan materi kuliah dengan baik. Harapannya bahwa mata kuliah ini terus dapat dilaksanakan agar calon-calon dosen mempunyai bekal yang cukup sehingga tidak hanya menjadi dosen yang sekedar mengajar saja nantinya namun juga menjadi dosen profesional yang mampu mewujudkan tujuan penyelenggaraan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

 

(Uliya Khoirun Nisa, Pendidikan Dasar C, 2014)