Observasi Sekolah Pilot Project Sebagai Bahan Refleksi Mata Kuliah Tematik Integratif

Mata kuliah tematik integratif merupakan salah satu mata kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa S2 Dikdas konsentrasi praktisi pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Setiap mahasiswa diwajibkan melaksanakan observasi di sekolah dasar yang melaksanakan kurikulum 2013. Mata kuliah untuk kelas P2TK diampu oleh Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. Kegiatan observasi dilakukan di sekolah dasar di DIY. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan tenaga jika mahasiswa dari luar DIY harus pulang dan melakukan observasi. Waktu observasi menggunakan waktu disela-sela kuliah. Sekolah yang diobservasi adalah SD Playen 2 Wonosari, SD Piyungan Bantul, SD Jetis Bantul, SD Imogiri 3 Bantul, SD Grogol Bantul, SD Bantul Timur Bantul dan SD Prembulan Kulonprogo.

Hasil observasi disusun menjadi laporan dan dipresentasikan di kelas. Adapun yang diobservasi berkaitan dengan RPP,  proses pembelajaran di kelas, penilaian, dan penyusunan kurikulum. Contoh RPP dianalisis sesuai dengan aturan pemerintah, yang didalamnya mengandung aspek saintifik dan unsur lain yang wajib dalam RPP. Proses pembelajaran disesuaikan dengan Permen 103 tentang Standar Proses, yang didalamnya mengandung aturan tentang penyelenggaraan proses pembelajaran. Penilaian didasarkan pada Permen 104 tentang Standar Penilaian. Tentang penyusunan kurikulum disesuaikan dengan aturan pembagian jam dan aturan komponen mauatan kurikulum.

Hasil observasi di sekolah-sekolah tersebut digunakan sebagai bahan diskusi di kelas. RPP yang disusun sekolah sesuai dengan aturan dari pemerintah. Didalamnya sudah terlihat komponen saintifik dan perangkat penilaian yang dilampirkan. Dalam RPP juga sudah terlihat penilaian autentik, mulai dari penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tema. Guru sendiri menyusun RPP dan perangkat pembelajaran dengan cara sharing dengan guru dari kelas lain yang serumpun. Evaluasi yang ada dalam RPP juga disusun bersama oleh guru yag serumpun untuk menyamakan persepsi, meski masih ada beberapa soal yang masih menghendaki jawaban seragam. Selain itu rubrik penilaian juga ada yang belum dicantumkan, menurut guru masih mengacu pada pedoman dalam buku guru.

Proses pembelajaran diobservasi mulai dari awal sampai akhir pembelajaran dalam satu hari. Dimana dalam proses tersebut sudah ada dinamika kelompok dan proses saintifik. Guru sudah terbiasa melaksanakan saintifik, siswa juga sudah tidak ada yang saling berebut anffota kelompok. Artinya dengan pembiasaan kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berjalan kondusif. Jika ada guru yang masih berpendapat membagi kelompok itu sulit, hal itu dikarenakan guru jarang menyusun proses pembelajaran secara berkelompok dan siswa belum terbiasan berkelompok. Buku guru dan buku siswa digunakan dengan maksimal. Untuk mendukung proses pembelajaran guru juga menyediakan buku KTSP guna menambah materi pelajaran. Penggunaan buku KTSP untuk menyiasati minimnya materi dalam buku siswa. Internet juga digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Guru juga sering kekurangan waktu dalam menyelesaikan satu kali kegiatan pembelajaran dalam buku siswa, maka guru memberikan tugas rumah untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam buku siswa.

Penilaian dalam kurikulum 2013 sangat kompleks. Pada awal penilain guru memang merasa kesulitan, namun lama kelamaan guru sudah mulai terbiasa. Penilaian sikap yang dilakukan oleh sekolah ada yang berupa penilaian terbaik, sedang-sedang, dan terendah. Ada yang berupa penilaian berbasis kelompok, misalnya dalam satu sub tema siswa berada dalam kelompok yang sama , maka dalam satu hari guru menilai satu kelompok tersebut, kemudian hari berikutnya menilai kelompok lain. Ada pula yang menggunakan prinsip melihat kebiasaan. Artinya guru hanya melakukan perubahan penilaian pada siswa yang mengalami perubahan secara signifikan. Jurnal catatan kepribadian juga menjadi pertimbangan dalam penilaian siswa. Penilaian diri digunakan untuk menilai bagaimana siswa dapat menilai dirinya sendiri, meskipun kadang tidak sesuai dengan hasil pengamatan guru.

Struktur kurikulum sudah memenuhi aturan pemerintah. Pembagian jam untuk tiap kelas dan tiap muatan pelajaran sudah sesuai dalam struktur kurikulum 2013. Hanya ada di beberapa sekolah, untuk Pendidikan Agama dan Budi Pekerti  serta Penjasorkes masih digabung 4 jam pelajaran berturut-turut. Guru yang bersangkutan beralasan bahwa jika dipisah tidak efektif dan ada beberapa sekolah yang kesulitan membagi waktu.

Ada permasalahan yang paling banyak dialami oleh para guru yaitu tentang pembuatan soal ujian semester. Dimana ujian semester dua atau kenaikan kelas ini, sekolah rintisan juga harus melaksankan ujian semester dengan kurikulum lama atau KTSP. Sekolah merasa bahwa hal ini kurang sesuai dengan pembelajaran yang menggunakan tematik integratif. Namun bagaimana lagi aturan harus dilaknanakan, jadi sekolah mengejar materi dengan buku-buku KTSP yang tersedia. Orientasi proses menjadi kembali pada orientasi hasil.

Namun menilik dari pendapat yang disampaikan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang disampaikan dalam acara penutupan OSN di Jogjakarta beberapa waktu lalu, bahwa ujian tidak lagi mengacu pada hasil nilai UN namun juga pada penanaman nilai-nilai karakter bangsa. Dimana sekolah harus memberikan nilai-nilai moral agar siswa memiliki bekal moral yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam acara seminar Dies Natalies UNY di Gedung FT mengenai kurikulum nasional, dimana seluruh guru akan mendapatkan pelatihan ulang dan penerapan kurikulum nasional akan dilaksanakan secara bertahap. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi guru-guru yang masih kebingungan melaksanakan kurikulum baru.

Dari sekelumit observasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah proyek sudah berjalan meskipun masih ada kekurangan. Kekurangan tersebut dianggap wajar karena kurikulumnya sendiri masih dalam tahap uji coba. Guru-guru di sekolah rintisan sudah berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan kurikulum 2013. Meskipun begitu, dengan pengalaman mengajar dengan tematik integratif guru beranggapan bahwa tematik integratif sangat cocok dengan taraf perkembangan siswa sekolah dasar. (Sri Indhah P2TK Dikdas)