MERANCANG PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF

.

Kegiatan praktik pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan kuikulum 2013 merupakansarana yang baik bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Dasar kelas P2TK angkatan 2014 untuk mengimplementasikan kurikulum 2013.Mata kuliah Praktik Pembelajaran SD yang diampu oleh Dr. Ali Mustadi, M. Pd. ini mewajibkan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi mengajar melalui praktik langsunng di lapangan. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa dapat belajar menerapkan pendekatan tematik integratif dan pendekatan ilmiah pada kegiatan pembelajaran. Praktik pembelajaran dilaksanakan di SD Banyubening I, UPT TK dan SD Kecamatan Karangmojo, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul.

 

Sejak diberlakukannya kurikulum 2013, SD Banyubening I ditunjuk sebagai pilot project kurikulum 2013 di Kecamatan Karangmojo. Bapak B. Ngatija, S. Pd. sebagai kepala sekolah SD Banyubening I menyambut baik pelaksanaan kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan adanya dukungan secara penuh pada proses pembelajaran baik dari segi materiil maupun imateriil. Pada tahun 2015, SD Banyubening I telah menerapkan kurikulum 2013 dari kelas 1 sampai kelas 6. Selama pelaksanaannya, bapak ibu guru mendapatkan pendampingan dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul.

 

Kegiatan praktik pembelajaran yang dilakukan mahasiswa tentunya membutuhkan kerjasama dan koordinasi dengan guru-guru SD Banyubening I. Oleh karena itu, setiap mahasiswa wajib memiliki guru pendamping (pamong) selama kegiatan praktik pebelajaran berlangsung. Guru pamong yang mendampingi penulis pada kegiatan praktik pembelajaran adalah Bapak Suhanta, S. Pd.  Beliau banyak memberikan masukan dan saran tertkait dengan pembelajaran pada kurikulum 2013. Kelas yang digunakan pada praktik pembelajaran adalah kelas 3 dan kelas 5.

 

Siswa kelas 3 yang masih berada pada tahap operasional konkret memerlukan strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan kegiatan yang menyenangkan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh pada kegiatan observasi, siswa kelas 3 adalah anak-anak yang sangat aktif dan cenderung sulit dikendalikan. Jadi anak-anak tidak bisa bila hanya duduk dan menerima informasi dari guru (komunikasi satu arah). Kegiatan pembelajaran yang dilakukan meliputi percobaan sederhana, permaian di luar kelas, permainan di dalam kelas, berdiskusi, mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun puzzle, bertukar soal, melakukan pengamatan, membuat laporan pengamatan sederhana, dan presentasi kelompok. Tidak hanya kegiatan pembelajaran saja yang ditonjolkan, namun penanaman sikap juga penting sekali dirancang agar terbentuk karakter-karakter yang diharapkan.

 

Pelaksanaan praktik mengajar di kelas 3, penulis banyak mendapatkan masukan dari guru pamong. Hal yang ditekankan adalah penerapan pendekatan ilmiah dan penggunaan bahasa komunikasi di kelas. Kegiatan ”menanya” memang masih belum alami diajukan siswa, melainkan masih harus mendapatkan pancingan atau dorongan dari guru. Oleh karena itu, penulis merancang pembelajaran selanjutnya dengan kegiatan yang lebih menantang sehingga rasa keingintahuan siswa dapat tertuang melalui kegiatan “menanya”.

 

Sementara itu praktik pembelajaran di kelas 5lebih dapat berjalan lancar dan kondusif. Siswa kelas 5 mampu melakukan diskusi kelompok dengan baik. Artinya, siswa mengetahui dan menyadari tanggungjawab dalam kelompok. Meskipun begitu, ada kalanya siswa merasa bosan dengan aktifitas di kelas. Selain berdiskusi dalam menyelesaikan LKS dan proyek kelompok, siswa juga melakukan permainan “mencari jejak” di halaman sekolah dan membuat “Mind Map” sebagai salah satu cara untuk mencari informasi penting dalam bacaan.

 

Ada beberapa siswa kelas 5 yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Selain itu, mereka juga tidak dapat “diam” di kelas. Untuk mengatasi hal yang demikian penulis berdiskusi dengan guru kelas 5 padasaat pembentukan kelompok diskusi. Beberapa siswa yang disebutkan tadi dibentuk dalam satu kelompok. Hasilnya, diskusi berjalan cukup efektif. Meskipun masih membutuhkan banyak bimbingan dari guru, namun siswa dapat saling bertukan pikiran dan bekerjasama dengan baik. Artinya, siswa tidak mudah bergantung pada siswa yang memiliki kecerdasan yng lebih. Siswa kelas 5 juga sudah mampu menggunakan bahasa yang komunikatif saat presentasi di depan kelas.

 

Kurikulum 2013 yang menekankan pendekatan tematik integratif benar-benar perlu diperhatikan dengan baik. Guru diharapkan mampu merancang pembelajaran yang mengintegrasikan muatan-muatan pembelajaran menjadi rangkaian kegiatan yang berkesinambungan.  Kegiatan awal hingga akhir tidak terpisah-pisah dan harus saling berkaitan. Sebisa mungkin pembelajaran dibuat secara kontekstual dan disesuaikan dengan potensi lingkungan setempat. Tujuannya agar siswa mendapat pengalaman langsung dan yang pasti bermakna.

 

Kegiatan praktik pembelajaran sangatlah bermanfaat bagi mahasiswa. Melalui pengalaman langsung di lapangan mahasiswamengetahui karakteristikpeserta didik, permasalahan-permasalahan di kelas, menemukan cara untuk mengatasi permasalahan tersebut,melakukan praktek pembelajaran dengan menerapkan beberapa strategi atau metode pembelajaran yang telah dipelajari, serta menerapkan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan prinsip kurikulum 2013. Di SD Banyubening I, penulis mendapat kesempatan untuk berlatih dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013 yang kedepannya diharapkan mampu memberikan perubahan bagi dunia pendidikan di Indonesia. (Abiy Risabethe, P2TK Dikdas 2014).