Calon Guru Berbicara Tentang Guru (Riset dan Praktik Pembelajaran PGSD di Universitas Sebelas Maret Surakarta)

.

 Siapakah guru itu? Benarkah pendidikan calon guru untuk mencetak guru profesional? Benarkah mereka ingin menjadi guru?

Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Pendidikan dikatakan bagus jika gurunya juga bagus, begitu juga sebaliknya. Guru sebagai pemimpin di kelas haruslah menjadi contoh baik bagi peserta didiknya. Guru, yang dalam akronim Bahasa Jawa disebut digugu lan ditiru, memegang peran penting bagi terbentuknya karakter peserta didiknya. Semua perkataan, tingkah laku, bahkan pemikiran akan ditiru oleh peserta didik. Tidak hanya itu, arti lain dari konsep kepemimpinan adalah guru juga berperan sebagai motivator bagi peserta didik.

Melalui pembelajaran, guru bisa memotivasi peserta didik agar terus belajar, agar terus berusaha mencapai cita-cita yang didambakan. Di saat peserta didik kehilangan motivasi untuk belajar di dalam kelas, sosok gurulah yang bisa membangkitkan semangat belajar kembali. “Di dalam dunia pendidikan, faktor-faktor motivasi di antaranya meliputi: (1) penciptaan iklim belajar yang kondusif; (2) penyediaan fasilitas belajar yang sesuai kebutuhan; dan (3) adanya guru yang menjadi model perilaku yang diharapkan.” (Jamaris, 2013:171)

Penggunaan model sebagai penyampai nilai maupun perilaku disampaikan oleh Albert Bandura melaui teori yang disebut teori kognitif-sosial. Teori ini menekankan peran penting proses kognitif dalam pembelajaran sebagai proses pembuat keputusan yaitu bagaimana membuat keputusan perilaku yang ditirunya menjadi perilaku miliknya. Menurut Dahar (mengutip pernyataan Bandura, 1977: 11-12), manusia tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan. Namun, fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan pribadi dan determinan lingkungan (2011: 22). Hal ini mempunyai makna bahwa siswa memerlukan contoh (model) yang baik sehingga nanti siswa tersebut bisa meniru, walaupun sejatinya siswalah yang akan menentukan dia akan meniru model tersebut atau tidak. Tapi dengan sistem pengulangan, diharapkan siswa akan meniru model tersebut.

Atas dasar itu, mahasiswa Pendidikan Dasar UNY melalui mata kuliah Riset dan Praktik Pembelajaran PGSD mencoba mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan selanjutnya, siapkah calon guru untuk menjadi sosok yang digugu lan ditiru? Apakah mereka benar-benar berminat menjadi guru? Atas dasar pertanyaan itulah praktikan ingin meneliti mengenai minat menjadi guru. Apakah  minat menjadi guru diengaruhi oleh adanya model? Apakah dengan menghadirkan model guru ideal di tengah-tengah calon guru dapat meningkatkan minat menjadi guru dari mahasiswa calon guru tersebut?

Pada prosesnya, praktikan meminta mahasiswa untuk menceritakan sosok guru yang berjasa dan idola pada masa dulu waktu menempuh sekolah dasar. Berbagai reaksi mahasiswa pun ditunjukan. Yang paling mengena adalah calon guru (mahasiswa) ada yang menunjukan sisi emosionalnya dengan menunjukkan mata yang berkaca-kaca saat menceritakan sosok gurunya dahulu. Dan berbagai reaksi lainnya. Pada akhirnya, semua sepakat bahwa untuk menjadi guru, kita memerlukan contoh sosok guru agar minimal mahasiswa nanti menjadi seperti guru idamannya tersebut.

                             

Sumber:

Dahar. R.W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Jamaris, Martini. (2013). Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

 

Gus Rohmat Al Chuzaeni, S.Pd

Dikdas A, Universitas Negeri Yogyakarta