Bersama CTL terasa lebih Berwarna

Berbicara tentang pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning pasti tak asing lagi bagi para akademisi. Secara sederhana pembelajaran kontekstual dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Pembelajaran kontekstual juga dapat dirasakan kebermaknaannya oleh mahasiswa semester 2 di Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa, Yogyakarta. Pelaksanaan riset pada mata kuliah Riset dan Praktik Pembelajaran PGSD yang diampu oleh Dr. Ali.Mustadi, M.Pd. ini, mampu menunjukkan dengan jelas betapa mahasiswa-mahasiswa antusias mengikuti instruksi praktikan pada mata kuliah Konsep Dasar IPS SD.

Selain menggunakan pembelajaran kontekstual, setelah dilakukan beberapa kali observasi maka inovasi yang dilakukan adalah dengan merubah posisi tempat duduk menjadi letter U, pemberian tugas summary di setiap akhir perkuliahan, dan ice breaking membawa pengaruh yang signifikan bagi kemmapuan berpikir kritis mahasiswa kelas 2A. mereka lebih termotivasi dan aktif dalam mengikuti perkuliahan.

Mahasiswa begitu menikmati kegiatan perkuliahan siang itu. Kelas semakin terasa lebih berwarna karena semua mahasiswa terlibat secara aktif. Berbagai adegan tergambar jelas pada foto tersebut. Semua adegan yang ada merupakan hasil dari dorongan alam bawah sadar mereka. Apabila diamati dengan lebih jeli, terlihat aura kebahagiaan pada masing-masing raut muka mereka. Hal itu merupakan gambaran dari apa yang mereka rasakan dari dalam hati.

Setelah kegiatan tersebut usai, banyak pendapat dan gagasan cerdas yang muncul saat sesi tanya jawab. Hampir semua mahasiswa dalam kelas mengacungkan tangan untuk mengeluarkan pendapatnya. Mahasiswa lebih mudah memahami suatu permasalahan atau informasi apabila ditempatkan pada situasi seperti kenyataannya.

Belajar sejatinya mampu memberikan rasa kenyamanan dan kepercayaan pada masing-masing individu. Masih ingat jelas akan pepatah bijak yang mengatakan “The best teacher teach from heart, not from the book”. Tak mudah memang dalam aplikasinya terlebih bagi seorang praktikan yang minim pengalaman seperti saya, tapi yakinlah disetiap kemauan yang kuat pasti akan ada jalan untuk meraihnya. Sebagai seorang pendidik seyogyanya mampu menjadi teman bertukar pikiran bagi anak didiknya. Dengan demikian, anak akan lebih mudah mengutarakan gagasan, ide, dan pendapat yang ia miliki. Dampaknya adalah pada ilmu pengetahuan/ informasi yang akan ditransfer oleh pendidik akan mampu diterima dan diserap secara maksimal oleh anak didiknya.

Dewi Nur Masita-Dikdas D 2016