Students Facilitator And Explaining (SFAE) sebagai Metode Melatih Keterampilan Berbicara Mahasiswa

 

Pembelajaran keterampilan berbicara memiliki porsi yang dominan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa Pendidikan Guru sekolah Dasar. Hal ini berkaitan dengan kompetensi profesional sebagai calon pendidik yakni harus tangkas dalam menyampaikan ilmu. Keterampilan berbicara sering dianggap sepele namun tidak bisa disepelekan. Hal ini berkaitan dengan seni berbicara yang sangat mempengaruhi bagaimana penerimaan materi khususnya yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

Proses pembelajaran keterampilan berbicara dapat berjalan dengan baik jika dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat. Di tingkat Perguruan Tinggi, penerapan metode pembelajaran kooperatif harus ditekankan dan menjadi hal yang dikembangkan oleh tenaga pengajar. Dalam praktik pembelajaran PGSD di UAD pada semester 3 kelas B, dosen praktikan mencoba menciptakan suasana kondusif untuk melatih keterampilan berbicara dengan mempertimbangkan karakteristik mahasiswa yang diampu. Adapun learning diversity-nya mahasiswa tergolong aktif, lebih mengena pada pembelajaran yang santai dengan sedikit guyon, hubungan dengan dosen sangat dekat (egaliter terkontrol), mayoritas memiliki tipe belajar auditory ditunjukan oleh lebih nyaman dengan penjelasan lisan namun mudah terganggu oleh pengaruh suara dari luar. Dengan demikian pembelajaran keterampilan berbicara dirasa akan lebih efektif jika menggunakan metode Students Facilitator And Explaining (SFAE).

Dalam implementasinya, metode SFAE memiliki 5 langkah. Pertama, Pendidik menyampaikan kompetensi atau tujuan yang hendak di capai. Kedua,  Pendidik mendemonstrasikan atau menyajikan materi yang dilanjutkan dengan pembagian kelompok. Pendidik meminta peserta didik saling bertukar pikiran tentang kompetensi yang dipelajari sehingga mereka lebih percaya diri, Ketiga, Mahasiswa diberi kesempatan untuk menjadi penyaji materi, menjelaskan kepada mahasiswa lain, sedangkan mahasiswa lain boleh bertanya terkait dengan apa yang disampaikan. Keempat, mahasiswa menyimpulkan ide/pendapat yang didapat dari forum serta memperoleh penguatan dari pendidik. Informasi yang tidak akurat, ide yang kurang tepat, miskonsepsi, bagian yang hilang, ditangani langsung sehingga mahasiswa tidak membentuk kesan yang salah, dan dapat memperbaikinya untuk pelajaran berikutnya. Kelima, pendidik mengulas kembali materi yang disajikan sebagai refleksi dan dilanjutkan dengan penutup.

Hasil dari penerapan metode SFAE ini terbukti dapat membantu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan mengesankan, melatih keberanian mengutarakan pendapat, melatih kreativitas dalam menghadapi masalah, mengembangkan potensi berpikir kritis, mendorong tumbuhnya tenggang rasa mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, dan melatih kepemimpinan mahasiswa terkait dengan perannya dalam kelompok. Adapun kekurangan dalam penerapan SFAE adalah mahasiswa yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan mempengaruhi anggota kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut menjadi kurang optimal.

 

Fatma Pratiwi/ 15712251057

Pendidikan Dasar A 2015